Sinopsis Novel Remaja 'THE KOLOR OF MY LIFE'
Judul Buku : The Kolor Of My Life
Pengarang : Netty Virgiantini
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahun Terbit : 2008
Cetakan : Pertama
Jumlah Halaman : 213
Adanya tema cinta dalam setiap cerita remaja mendorong imajinasi penulis untuk menciptakan kisah cinta remaja dengan topik yang unik. Cerita seorang remaja yang mempunyai keyakinan pada sebuah kolor dan akhirnya membuahkan cinta. Tak heran jika novel The Kolor Of My Life ini menekankan tentang cewek yang meyakini kolor istimewanya dapat membawa keberuntungan.
Layaknya cerita remaja percintaan, cerita satu ini mengambil bumbu yang berbeda. Tidak seperti cerita remaja dengan kisah yang berkemelut, novel ini justru lebih banyak menanamkan pesan-pesan etika. Dilanjut dengan kisah cinta yang sederhana. Dijelaskan pula – secara langsung oleh penulis – makna ‘kolor’ yang mempunyai perbedaan penafsiran antara cewek Jawa dan non-Jawa. Dilatarbelakangi oleh keunikan topik dan setting yang beraroma nilai-nilai tradisi, inilah yang menjadikan pendorong utama untuk mengulas cerita buku ini.
Diawali dengan terbangnya kolor istimewa Neyra ke genteng rumah sebelah. Neyra yang meyakini kolornya itu sebagai pembawa keberuntungan, jadi bertekad melakukan berbagai cara agar kolor saktinya itu kembali padanya. Maklum saja jika cewek yang belum dewasa ini menganggapnya kolor sakti. Keberuntungan-keberuntungan yang dia dapat toh hanya kebetulan belaka. Tetapi dengan imajinasi irrasionalnya, Neyra menghubung-hubungkan sendiri hingga lahirlah sebuah kolor jimat keberuntungan. Kisah mendapatkan kolor ini pun sangat fenomemal, yaitu saat Neyra dengan gampangnya terperangkap ke dalam hipnotis seorang ibu-ibu di Pasar Klewer.
Sayangnya usaha Neyra mengambil kolornya tidak pernah berbuah baik. Berbagai rintangan ia dapat termasuk saat munculnya tokoh Damar yang tiba-tiba hadir mengenakan kolornya. Dendam pun tersimpan dan dilampiaskan Neyra dalam bentuk bentakan atau perlakuan usil pada Damar. Lain dengan orang lain, Damar adalah sosok yang lugu dan santun. Walaupun kobaran obor perang yang Neyra nyalakan sudah meraum-raum, Damar tetap menjaga kesantunannya di depan Neyra. Bahkan Damar masih mengikuti, menunggu, dan menolong Neyra saat cewek yang membencinya itu dalam kesulitan. Sungguh si malang Damar, mendapat perlakuan kasar yang dia sendiri pun tidak ketahui sebabnya.
Sugesti kolor itu terhadap Neyra ternyata sangat membabi buta. Baginya tanpa kolor itu sama saja dengan datangnya bencana sial yang bertubi-tubi. Terbukti dari pengalaman pahit yang dialami Neyra seusai kolornya berpindah tangan. Mulai dari dihukum membersihkan toilet yang kedahsyatan baunya membuat kita ingin menjepit hidung rapat-rapat, sampai dengan tuduhan-tuduhan nista yang menyudutkan dirinya.
Seiring perjalanan waktu dan meningkatnya dendam kesumat yang Neyra pendam, serta berbagai bentuk kesialan yang hadir bergiliran, emosi Neyra membanjir dan bak singa betina mengamuk, Neyra berteriak lantang meminta kolor keberuntungannya dikembalikan. Kejadian itu menguak misteri – bagi Damar – mengapa Neyra selalu menatapnya dengan benci. Dan juga memutus jalinan komunikasi antara Neyra dan Damar. Sebenarnya Damar dapat menjadikan situasi ini sebagai keuntungan untuknya – jika dia menyadarinya – karena Neyra sudah tidak lagi membentak maupun mengerjainya.
Neyra yang masih saja meyakini kesaktian sang kolor sengaja memancing Damar agar menyaksikan seleksinya. Tujuannya tetap bernuansa politis, agar keberuntungan yang dibawa sang kolor berimbas padanya walaupun dia sendiri tidak mengenakan kolor itu. Kali ini Dewi Fortuna sedang berpihak di kubu Neyra, Neyra menang dan siap menghadapi seleksi berikutnya.
Disamping kegembiraan Neyra yang mendapatkan kembali pengaruh dari sang kolor, Damar justru mendapati dirinya harus pulang ke kampung halaman karena ibunya sakit keras. Sebelum Damar pulang, setidaknya dia sudah memberikan bingkisan – yaitu kolor Neyra – dan penjelasan kepada Neyra bahwa Damar sama sekali tidak pernah mengenakan kolor Neyra, dia punya tiga kolor yang motifnya sama persis dengan kolor itu. Peristiwa ini mengubah mindset Neyra akhirnya. Ia menyesal telah menuduh Damar dengan tuduhan-tuduhan tak beralasan. Ia pun menyadari bahwa keberuntungan dan kesialan yang dialaminya sekarang ini bukanlah “tuah” dari kolor tersebut. Pelan tapi pasti, Neyra mulai menyadari bahwa nasib manusia hanyalah bargantung kepada Tuhan YME, dan bukan bergantung pada benda-benda seperti kolor dan semacamnya.
Tokoh Damar yang sejak awal sering menjadi tokoh ‘kalah’, ternyata mengalami kesedihan yang berlanjut. Ia harus kehilangan ibunya untuk selamanya. Tapi di sisi lain, diam-diam, Neyra mulai menemukan kelebihan Damar. Pada saat Neyra kesempatan bertemu dengan Damar, lahirlah ketelanjangan hati mereka untuk menumpahkan perasaan masing-masing. Ada cinta ternyata! Betapa uniknya, kedua anak cucu Adam yang pada mulanya bermasalah dalam bidang kolor, akhirnya bisa menjimpit nilai-nilai permasalahan mereka untuk menemukan kelebihan masing-masing.
Begitulah cinta, bisa tumbuh dimana saja. Di sekolah, café, warnet, bahkan lewat celana kolor sekalipun. Tak seorangpun dapat menolak kekuatan cinta yang sudah berakar dan berbunga.
Cerita dalam novel ini selain mengisahkan romantisme antara Neyra dan Damar, juga mengisahkan romantisme antara Simbah – saudara Damar yang membiayainya sekarang – dan istrinya, Mbah Putri, yang selalu mesra dan kadang menggelikan. Mengingatkan kita bahwa kemesraan tidak harus berasal dari pasangan muda-mudi. Tetapi juga dari pasangan legendaris yang sudah menjaga hubungan romantis hampir setengah abad ini.
Demikianlah sinopsis singkat dari novel remaja The Kolor Of My Life. Dengan tertanamnya pesan-pesan etika dalam novel ini semoga dapat kita petik manfaatnya dan menerapkannya agar dapat berperilaku lebih baik lagi. Amien…